BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebagai
alat komunikasi verbal bahasa merupakan suatu
sistem lambang bunyi yang bersifat arbiter. Maksudnya, tidak ada
hubungan wajib antara lambang sebagai hal yang menandai yang berwujud kata atau
leksem dengan benda atau konsep yang ditandai, yaitu relefan dari kata atau
leksem tersebut.
Kata
semantik dalam bahasa Indonesia( Inggris: semantics) berasal dari bahasa yunani
sema( kata benda yang berarti “ tanda” atau “ lambang” ). Kata kerjanya adalah
semaino yang berarti “menandai” atau
“melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang disini sebagai padanan
kata sema adalah tanda linguistik.
Kata
semantik ini sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang
mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang
ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang
mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat
diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari
tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika dan semantik.
Semantik
mengandung pengertian yaitu studi tentang makna. Dengan anggapan bahwa makna
menjadi bagian dari bahasa, makna semantik merupakan bagian dari linguistik.
Seperti halnya bunyi dan tata bahasa, komponen makna dalam hal ini juga
menduduki tingkat pertama, tata bahasa pada tingkat kedua, makna komponen
menduduki tingkatan paling akhir. Hubungan ketiga komponen makna itu sesuai
dengan kenyataan bahwa, bahasa pada awalnya merupakan bunyi-bunyi abstrak yang
mengacu pada adanya lambang-lambang tertentu, lambang-lambang merupakan
seperangkat sistem yang memiliki tataran dan hubungan tertentu, dan seperangkat
lambang yang memiliki bentuk dan hubungan mengasosiasikan adanya makna
tertentu. Oleh karena itu makna, sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar,
sesuai dengan kesepakatan para pemakainya segingga dapat saling dimengerti,
dalam keseluruhannya memiliki tiga tingkat keberanian. Pada tingkat pertama,
makna menjadi isi abstraksi dalam kegiatan bernalar secara logis sehingga
membuahkan proposisi yang benar. Tingkat kedua, makna menjadi isi dari suatu
bentuk kebahasaan. Pada tingkat ketiga, makna menjadi isi komunikasi yang mampu
membuahkan informasi tertentu.
1.2
Masalah
Kami
menyimpulkan bahwa masalah makna pengajaran
pada siswa di SMP masih banyak yang belum menguasai makna yang bersifat makna
yang tidak sebenarnya atau kiasan .karena siswa masih sedikit kosa katanya
,sehingga mereka masih binggung dengan kata-kata yang bersifat kias dan dalam
pemahaman mereka masih perlu bimbingan dari guru .
BAB 11 PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Makna
Makna adalah pertautan yang ada diantara
unsure-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata).makna menurut palmer
(1976:30)hanya menyangkut intrabahasa .Sejalan dengan pendapat tersebut
lyons(1977:204)menyebut bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah
memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna
yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain .Artinya dalam hal ini
menyangkut makna leksikal yang cendrung terdapat didalam kamus sebagai leksikon
.
2.1.1 Pengertian
Makna Dalam Pemakaian Sehari-Hari
Dalam pemakaian sehari-hari, kata makna
digunakan dalam berbagai bidang maupun konteks pemakaian,. Apakah pengertian
khusus kata makna tersebut serta perbadaannya dengan ide, misalnya, tidak
begitu diperhatikan. Sebab itu, sudah sewajarnya bila makna juga sejajarnya
pengertiannya dengan arti, gagasan, konsep, pernyataan, pesan, informasi,
maksud, firasat, isi, dan pikiran. Berbagai pengertian itu begitu saja
disejajarkan dengan kata makna karena keberadaanya memang tidak pernah dikenali
secara cermat dan dipilihkan secara tepat.
Dari sekian banyak pengertian yang
diberikan itu, hanya arti yang paling dekat pengertiannya dengan makna.
Meskipun dengan demikian, bukan berarti keduanya sinonim mutlak. Disebut
demikian karena arti adalah kata yang telah mencakup makna dan pengertian (cf.
Kridalaksana, 1982: 15). Pengertian gagasan pada dasarnya memiliki kesejajaran
pengwertian dengan pikiran maupun ide.
2.1.2 Pengertian
Makna Sebagai Istilah
Kata makna sebagai istilah mengacu pada
pengertian yang sangat luas. Makna ialah hubungan antara bahasa dengan dunia
luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat
saling dimengerti (cf. grice, 1957; Bolinger, 1981: 108). Dari batasan pengertian
itu dapat diketahui adanya tiga unsur pokok yang tercakup di dalamnya, yakni
(1) makna adalah hasil hubungan antara bahasa dengan dunia luar, (2) penentuan
hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai, serta (3) perwujudan makna
itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling
dimengerti.
2.1.3 Pengertian
Makna Dalam Pendekatan Referensial
Dalam pendekatan referensial, makna
diartikan sebagai label yang berada dalam kesadaran manusia untuk menunjukan
dunia luar. Sebagai label atau julukan, makna itu hadir karena adanya kesadaran
pengamatan terhadap fakta dan penarikan kesimpulan yang keseluruhannya berlangsung secara
subjektif. Terdapatnya julukan simblik dalam kesadaran individual itu, lebih
lanjut memungkinkan manusia untuk menyusun dan mengembangkan skema konsep.
2.1.4 Pengertian
Makna Dalam Pendekatan Ideasional
Skema konsep yang dianggap bersifat
individual, karena dunia kita adalah dunia yang satu ini juga, pada akhirnya
bisa menjadi milik bersama. Seorang petani adalah satu di antara petani
lainnya, seorang penyair adalah satu di antara penyair lainnya. Kelemahan lain
yang sangat menarik sehubungan dengan kajian pada butir ini adalah meniadakan
hubungan hakiki makna dan bahasa sebagai hubungan antara bentuk dan isi,
mencabut makna dari konvensi dan mengeluarkannya dari konteks komunikasi. Dalam
pendekatan ideasional, makna adalah gambaran gagasan dari suatu bentuk
kebahasaan yang bersifat sewenang-wenang, tetapi memiliki konvensi sehingga
dapat saling dimengerti.
2.1.5 Pengertian
Makna Dalam Pendekatan Behavioral
Dalam dua pendekatan yang telah
diuraikan di depan, dapat diketahui bahwa (1) pendekatan referensial dalam
mengkaji makna lebih menekankan pada fakta sebagai objek kesadaran pengamatan
dan penarikan kesimpulan secara individual, dan (2) pendekatan ideasional lebih
menekankan pada keberadaan bahasa sebagai media dalam mengolah pesan dan
menyampaikan informasi. Keberatan dari pendekatan behavioral terhadap kedua
pendekatan tersebut, salah satunya adalah, kedua pendekatan itu telah
mengabaikan konteks sosial dan situsional yang oleh kaum behavioral dianggap
berperanan penting dalam menetukan
makna.
2.1.6 Penerapan
Tiga Pendekatan Dalam Studi Makna
Dari ketiga pendekatan yang telah diuraikan
di atas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pertama mengaitkan makna dengan
masalah nilai serta proses berpikir manusia dalam memahami realitas lewat
bahasa secara benar, pendekatan kedua mengaitkan makna dengan kegiatan menyusun
dan menyampaikan gagasan lewat bahasa, dan pendekatan ketiga mengaitkan makna
dengan fakta pemakaian bahasa dalam konteks sosial-situasional.
makna
sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para
pemakainya sehingga dapat saling mengerti .makna mempunyai tiga tingkatan
keberadaan,yakni :
1. makna
menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan .
2. makna
menjadi isi dari suatu kebahasaan .
3. makna
menjadi isi komunikasi yang mampu membuahkan informasi tertentu .
pada
tingkat pertama dan kedua makna dilihat dari segi hubungannya dengan penutur,sedangkan
pada tingkat ketiga makna lebih ditekankan pada makna dalam komunikasi .komunikasi
.mempelajari makna pada hakikatnya berati
mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa
saling mengerti .
filosof dan linguis mencoba menjelaskan tiga hal yang
berhubungan dengan makna ,yakni :
1. makna kata secara ilmiah
2. mendeskripsikan makna secara ilmiah
3. menjelaskan proses komunikasi
Kemson melihat pula kemungkinan untuk menjelaskan makna
dari segi kata ,kalimat,dan apa yang diperlukan penyapa untuk
berkomunikasi.orang awam melihat makna kata tentunya dari kamus yang sebenarnya
adalah makna leksikal atau keterangan daari leksem itu sendiri .pernyataan
lyons (1977)dan palmer ( 1974)terdahulu ,bahwa makna kata tidak lepas dari
makna lain ,merupakan makna gramantikal sesuai dengan hubungan antar unsur .kadang-kadang
kita tidak puas dengan makna kata yang kita cari ,terutama untuk makna idom
,peribahasa,majas ,metafora ,dan ungkapan.kenyataan menunjukan bahwa banyak
kata dengan bermacam ragam makna bila dihubungkan dengan kata lainnya
,mengakibatkan suatu kata dihubungkan dengan kata b menghasilkan c seperti :
contoh
makna bahasa yang digunakan oleh siswa SMP ,yaitu :
contoh pertama :
1)
ratna saya pinjam hondanya ya ?
2)
motorku merek Honda .
Disini anak SMP mengartikan bahwa kata honda
berartikan sepeda motor atau kendaraan bermotor ,padalah kata honda disini
adalah merek motor .padahal didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata
motor maknanya
mesin yang menjadi penggerak;sepeda motor.
kalimat pertama adalah bahwa anak SMP masih belum bisa mebedakan antara
motor dengan Honda ,dia menyebutkan kata Honda disana seharusnya motor
sedangkan makna yang kedua benar bahwa motor yang dipunya oleh saya adalah
Honda .dari penjelasan tersebut kita bisa ambil kesimpulan bahwa kata Honda
menyerobot makna kata motor .
contoh
kedua :
1) “Lucu-lucu banget sih mainan ini ”
2) “Bonekanya lucu ya?”
3) “Lucu ih, beli di mana tasnya ?”
disini anak SMP
mengartikan bahwa kata lucu berartikan bagus dan imut .padahal didalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata lucu adalah mengelikan hati,menimbulkan
tertawa ;jenaka. Dari penjelasan tersebut, bisa ditarik simpulan bahwa
kata lucu menyerobot makna
kata imut-imut. padahal
seharusnya anak SMP ini mengucapkan kata lucu ini sebagai hal yang mengelikan
hati atau tertawa seperti :
1) tokoh yang dimainkan oleh lia dalam
drama ini sangat lucu .
2) lucu sekali dandanan para wayang itu
,
mengapa kami menyimpulkan hal seperti ini ,sebab kata lucu
dalam penjelasan diatas sudah menyampaikan arti kata yang sebenarnya .sedangkan
pada kata lucu yang diartikan imut sangat bertentangan dengan arti kata yang
sebenarnya .
Untuk
dapat memahami apa yang disebut dengan makna atau arti, kita perlu menoleh
kembali kepada teori yang dikemukaan oleh ferdina de sausure, bapak linguistic
moderend yang namanya sudah disebut-sebut pada bab pertama, yaitu mengenai yang
disebut handa linguistic (prancis:signe’linguistique). Menurut ferdina de sausure setiap tanda
linguistic terdiri dari dua unsure yaitu:
1. Yang
diartikan
2. Yang
mengartikan
Sedangkan
yang mengartikan adalah tidak lain dari pada bunyi-bumyi itu, yang terbentuk
dari fonema bahasa yang bersangkutan. Jadi, dengan kata lain setiap tanda
linguistic terdiri dari unsure bunyi dan unsure makna. Kedua unsure ini adalah
unsure dalam bahasa yang biasanya merujuk atau mengacu kepada sesuatu referend
yang merupakan unsure luar bahasa.
Umpamanya
tanda linguistic yang dieja <meja>. Tanda ini terdiri dari unsure makna
atau yang diartikan “meja”. Dan unsure bunyi atau yang mengartikan dalam wujud
runtunan fonem {m,e,j,a}. lalu tanda <meja> ini, yang dalam hal ini
terdiri dari unsure makna dan unsure bunyinya mengacu kepada suatu reverend
yang berada diluar bahasa, yaitu sebuah meja.
Sebuah
kata atau leksem mengandung makna atau konsep itu. Makna atau konsep bersipat
umum, sedangkan sesuatu yang dirujuk yang berada diluar dunia bahasa, bersifat
tertentu: umpamanya kata meja, yang sudah kita sebut-sebut diatas mengandung
konsep meja pada umumnya, meja apasaja, atau segala macam meja.
Hubungan
antara kata <meja>sebagai sing dengan maknanya atau konsepnya adalah
bersifat lansung. Hubungan antara kata dengan makna seperti sudah disebutkan
pada bab terdahulu, memang bersifat arbiter. Artinya tidak ada hubungan wajib
antara deretan fonem pembentuk kata itu dengan maknanya.
Contoh ketiga :
1)
Dia
duduk di meja hijau (makna sebenarnya )
2)
Dia
duduk di meja hijau (makna sebenarnya)
Disini anak smp mengartikan kata meja hijau baru sekedar
yang dia ketahui adalah meja yang berwarna hijau .padahal makna dari meja hijau
itu adalah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI :2007:728)mengatakan bahwa
meja hijau adalah pengadilan .dari penjelasan tersebut ,terlihat bahwa anak smp
dapat kita simpulkan belum bisa menerjemahkan kata-kata yang mengandung kias .
Sebenarnya, tulisan ini bukan bermaksud ingin
melarang-larang pergeseran makna suatu bahasa, bukan pula saya ingin mengkritik
penggunaan bahasa nonformal, apalagi melarang penggunaan bahasa nonformal.
Bahasa nonformal itu wajar karena merupakan suatu kreasi bahasa oleh penutur
pula. Bahasa standar yang dianggap monoton, tidak berwarna/berkesan karena
memang mempertahankan kenetralan, dan kurang fleksibel dimodifikasi sedemikian
rupa dengan pelanggaran beberapa kaidah bahasa yang kurang baik sehingga lebih
berwarna, bernuansa, dan fleksibel yang
oleh peristilahan para remaja, dinobatkan sebagai bahasa gaul.
Silakan pergunakan istilah-istilah aneh dan macam-macam
dalam berbahasa dalam konteks yang sesuai . Bagi saya itu bagus dan akan
menambah menarik bahasa Indonesia. Akan tetapi, alangkah indahnya gunakan
istilah yang sudah ada dengan baik dan sesuai logika maknanya.
2.2
Pendekatan Makna
Pendekatan makna yang
akan diungkapkan di sini antara lain pendekatan yang dikemukakan oleh
Wittgenstein (1953) dan pendekatan yang dikemukakan Nida (1975). Wittgenstein
adalah tokoh pendekatan makna secara operasional ( pendekatan yang dapat
menentukan tepat menentukan tepatnya makna sebuah makna, di dalam kalimat)
dalam bahasa Indonesia seperti apa :
1)
Anak-anak
pukul satu lekas pulang
2)
Anak-anak
pukul satu cepat pulang
Pada (1) lekas
maknanya sama (sinonim) dengan cepat melalui tes subtitusi (penyulihan). Contoh
lain pada kalimat berikut sebab
sinonim dengan karena:
3) Ia tidak pergi ke sekolah karena sakit
4) Ia tidak pergi ke sekolah sebab sakit
Hal tersebut dibahas di dalam sinonim kata yang dapat saling
menyulih ( sinonim mutlak ).
2.3
Aspek Makna
Aspek makna menurut Palmer (1976) dapat dipertimbangkan dari
fungsi, dan dibedakan atas :
2.3.1 Sense
(pengertian)
Makna pengertian disebut juga tema, yang melibatkan ide atau
pesan yang dimaksud. Didalam hal ini menyangkut tema pembicaan sehari-hari.
Misalnya tentang cuaca:
a)
Hari
hujan
b)
Hari
ini mendung
2.3.2 Feeling
(perasaan)
Aspek perasaan berhubungan dengan sikap pembicaraan dengan
situasi pembicaraan. Misalnya :
a)
Turut
berduka cita
b)
Ikut
bersedih
2.3.3 Tone (nada)
Aspek makna nada adalah (sikap pembicara terhadap kawan
bicara) atau dikatakan pula sikap penyair atau penulis dalam pembaca.
a)
Orang
itu tidak tertarik tetapi menarik
b)
Kereta
api dari yogya sudah datang
c)
Kereta
api dari yogya sudah datang ?
d)
Pergi
!
2.3.4 Intension (tujuan)
Tujuan atau maksud yang, baik yang didasari maupun tidak,
akibat usaha dari peningkatan. Apa yang kita ungkapkan didalam makna aspek
tujuan memiliki maksud tertentu. Misalnya : “penipu kau” tujuannya supaya kawan
bicara mengubah kelakuan (tindakan)yang tidak diinginkan.
2.4
Jenis Makna
Sesunggunya
jenis atau tipe makna itu memang dapat dibedakan berdasarkan beberapa criteria
dan sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna
leksikal dan makna gramatikal, berdasarkan ada tidaknya referensi ada sebuah
kata atau leksem dapat dibedakan adanya makna referensial dan makna non
referensial, berdasarkan ada tidaknya nilai pada sebuah kata atau leksem dapat
dibedakan adanya makna denotative dan makna konotatif berdasarkan ketetapan
maknanya dikenal adanya makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna
kusus. Lalu berdasarkan criteria lain atau sudut pandangan lain dapat
disebutkan adanya makna –makna asosiatif, kolokatif, reflektif, idimatif, dan
sebagainya.
2.4.1 Makna Leksikal dan
Makna Gramatikal
Leksikal
adalah bentuk ajektif yang diturunkan dari bentuk. Satuan dari leksikon adalah
leksem, yaitu satuan bentuk bahasa yang bermakna. Kalau leksikon kita samakan
dengan kosa kata atau perpedaan kata, maka leksem dapat kita persamakan dengan
kata. Makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersipat leksikon,
bersipat leksem, atau bersipat kata. Umpanya kata tikus makna leksikalnya
adalah makna sebangsa binatang pangerat yang dapat menyebabkan penyakit tipus.
Makna ini tanpa jelas dalam kalimat tikus itu mati diterkam kucing, atau dalam
kalimat panen kali ini gagal akibat serangan hama tikus. Kata tikus pada kedua
kalimat itu jelas merujuk kepada ingatan tikus, bukan kepada yang lain.
Makna
leksikal biasanya dipertentangkan atau diokposisikan dengan makna gramatiakal.
Kalau makna leksikal itu berkenaan dengan makna leksem atau kata yang sesuai
dengan reflendnya maka makna gramatiakal ini adalah makna yang hadir sebagai
akibat adanya proses gramatikal seperti proses apikasi, proses redupikasi, dan
proses komposisi. Contoh makna leksikal dan gramantikal yang ada pada kalangan
SMP :
1) Tikus
itu mati diterkam kucing (makna tikus adalah binatang yang menyebabkan penyakit
)makna leksikal
2) Buku
yang bermakna “sebuah buku yang bermakna”makna buku “
2.4.2 Makna Referensial dan
Non referensial
Perbedaan
makna referensial dan makna non referensial berdasarkan ada tidaknya reverend
dari kata-kata itu. Bila kata-kata itu mempunyai refren, yaitu sesuatu diluar
bahasa yang diacuh oleh kata itu maka kata tersebut disebut kata bermakna
refrensial. Kalau kata-kata itu tidak mempunyai reverend maka kata itu disebut
kata bermakna non referensial. Kata meja dan kursi termasuk kata yang bermakna
refensial, karena keduanya mempunyai refren, yaitu sejenis prabot rumah tangga
yang disebut “meja” dan “kursi”.
2.4.3 Makna Denotatif dan
Konotatif
Perbedaan
makna denotatif dan konotatif didasarkan pada ada atau tidak adanya “ nilai
rasa” pada sebuah kata. Setiap kata, terutama yang disebut kata penuh, yang
mempunyai makna denotative, tetapi tidak setiap kata itu mempunyai makna
konotatif. Sebuah kata tersebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu
mempunya “nilai rasaa“, baik positif
maupun negative. Makna denotative sering juga disebut makna denotasional, dan
makna konseptual, atau makna konitife karena dilihat dari sudut yang lain pada
dasarnya sama dengan makna refensial sebab makna denotative ini lajim diberi
penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil obserpasi menurut
penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainya.contoh
makna denotatif pada kalangan anak SMP adalah :
1) Wira makan nasi
Kata makan berarti
memasukan sesuatu ke dalam mulut
Contoh
makna konotatif pada kalangan anak SMP adalah :
2) Trisna makan hati dengan kijok
Kata
makan disini diartikan sebagai sakit hati
2.4.4 Makna
Konseptual dan Makna Asosiatif
Perbedaan
makna konseptual dan makna asosiatife didasarkan pada ada atau tidaknya ada
hubungan (asosiasi) makna sebuah kata dengan kata-kata lain. Secara garis besar
membedakan makna atas makna konseptual dan makna asosiatif, dalam makna
asosiatif termasuk makna konotatife, stilistik, afektife, refleksi ddan
kolokatif.
Makna
konseptual adalah makna sesuai dengan konsepnya, makna yang sesuai dengan
refrendnya, dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apapun. Sedangkann
makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata yang berkenaan dengan
adanya hubungan kata itu lengakap diluar bahasa.
Contoh
di kalangan SMP adalah :
1. konseptual
kata kuda memiliki konseptual sejenis binatang berkaki empat yang bisa
dikendarai .
2. asosiatif
kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian .kata merah
berarti berani atau paham komunis .
2.4.5Makna Idiomatikal dan
Pribahasa
Yang
dimaksud dengan ideom adalah satuan bahasa bisa berupa kata atau prase, maupun
kalimat, yang maknanya ttidak dapat diramalkan dari makna leksikal
unsure-unsurnya maupun gramatikal satu-satuan tersebut. Perlu diketahui juga
adanya dua macam bentik ideom dalam bahasa Indonesia yaitu : idiom penuh dan
idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang unsure-unsurnya secara
keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna. Sedangkan pada
idiom sebagian masih ada unsure yang memiliki makna leksikalnya sendiri. Contoh
makna dikalangan SMP adalah :
1.
makna idiomatikal kata ketakutan,kesedihan ,keberanian dan kebimbangan memiliki
makna hal yang disebut makna dasar .kata rumah kayu bermakna rumah yang terbuat
dari kayu.
2.
makna pribahasa bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan maka lazim juga
disebut dengan perumpamaan .”putri malam “disini diartikan sebagai makna bulan
.
Contoh
pribahasa : ada air ada ikan artinya dimanapun kita tinggal rezeki akan selalu
ada.
2.4.6 makna kias
dalam
kehidupan sehari-hari dan juga dalam kamus umum bahasa Indonesia susunan W.J.S
Poerwadarminta ada digunakan istila arti kiasan. Tampaknya penggunaan istila
arti kiasan ini sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Semua bentuk bahasa baik
kata, frase, maupun kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti
leksikal, arti konseptual, denotatife) mempunyai arti kiasan. Contohnya makna
di SMP :
1)
tangan kanan
ani terkena air panas (makna sebenarnya )
2)
dia menjadi tangan kanan ibuku (makna kias )
2.4.7 Makna
Ilokusi dan Perlokusi
Yang
dimaksud dengan makna ilokusi adalah makna seeperti yang dinyatakan dalam
ujaran, makna harivia, atau makna apa adanya. Sedangkan yang dimaksud dengan
makna ilokasi adalah makna seperti yang dipahami oleh pendengar, (sindiran)
yang dimaksud dengan makna perlokasi adalah makna seperti yang diinginkan oleh
penutur. Contoh ilokusi dan perlokusi yang ada dikalangan SMP :
1. ilokusi “sudah satu minggu lantai
ruangan ini tidak disapu artinya menyuruh untuk menyapu “.
2. perlokusi “kamu datang sesuai jadwal
biasanya saja” (disini dijelaskan bahwa maknanya sebenarnya dan memaklumi orang
yang akan datang ini karena rumah dia jauh ).
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kami
menyimpulkan bahwa Makna pengajaran pada siswa di SMP masih banyak yang belum menguasai
makna yang bersifat makna yang tidak sebenarnya atau kiasan .karena siswa masih
sedikit kosa katanya ,sehingga mereka masih binggung dengan kata-kata yang
bersifat kias dan dalam pemahaman mereka masih perlu bimbingan dari guru .
3.2
Saran
Saran
kami adalah kita sebagai generasi penerus bangsa terutama jurusan bahasa dan
sastra Indonesia, mulailah dari sekarang untuk mengembangkan karya sastra
dengan belajar berkarya dan terus berkarya. Dan sebagai calon pendidik yaitu sebagai calon guru
bahasa Indonesia sebaiknya lebih memperhatikan dan juga memahami serta
mengapresiasikan bahasa kepada anak
didik kita agar proses pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan lancar. Dan
kami telah berusaha semaksimal mungkin menyempurnakan makalah ini. Namun
apabila terjadi kesalahan dalam penulisan makalah kami mohon maaf, dan kami
senantiasa menerima kritikan dan saran dari pembaca sebagai perbaikan makalah
kedepannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar